ASSALAMUALAIKUM
WR.WB
Nama : SAMALAN NASUTION
Nim : 71153023
Jurusan : ILKOM-1
Fakultas : SAINTEK
Semester : III
Perguruan
Tinggi : UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUMATERA UTARA
Dosen : DR.JA’FAR, MA
Mata
Kuliah : Akhlak Tasawuf
RESUME
BAB IV (INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS )
Identitas
buku
Judul
buku : GERBANG TASAWUF
Pengarang : DR.JA’FAR, MA
Tahun
terbit : SEPTEMBER 2016
INTEGRASI TASAWUF DAN
SAINS
A. Interaksi
Dalam Sejarah Islam.
Dalam
sejarah islam, ditemukan seorang ahli astronomi, ahli biologi, ahli matematika,
dan ahli arsitektur yang mumpuni dalam bidang ilmu – ilmu keislaman seperti
tauhid, fikih, tafsir, hadis, dan tasawuf. Meskipun berprofesi sebagai saintis
dalam bidang ilmu – ilmu kealaman, para pemikir muslim klasik menempuh pola
hidup sufistik, dan kajian – kajian ilmiah mereka diarahkan pada pencapaian tujuan
– tujuan religius dan spiritiual.
Para
filsuf dari mahzab peripatetik merupakan para pemikir muslim yang berhasil
mengintegrasikan filsafat yunani dengan ajaran islam yang bersumberkan kepada
Al-quran dan hadis, lantaran tema- tema filsafat yunani diislamisasikan dan
disesuaikan dengan pradigma islam. (DR.JA’FAR M.A., 102 / 2016)
1. Al-
jahiz, (w, 869) ahli dalam bidang sastra arab, biologi, zoologi, sejarah,
filsafat, psikologi, teologi, dan politik .
2. Al-Kindi
(w, 873) menguasai seluruh bidang filsafat seperti metafisika, logika, etika,psikologi,
kedokteran, farmakologi, mataematika, astrologi, optik, zoologi, dan meteorologi.
3. Razi
(w, 925) ahli dalam bidang filsafat, kimia, matamatika, sastra, dan kedokteran.
4. Al
– Farabi (w. 950), ahli dalam metafisika, etika, logika, matematika, musik ,
dan politik.
5. Ibn
Bajjah (w. 1138) seoarang astronom, filsuf, musisi, dokter, fisikawan,
psikolog, dan botanis.
6. Ibn
Thufail (w. 1185) seorang ahli filsafat, kedokteran dan hukum islam.
7. Al
–Ghazali (w. 1111) seorang teolog, filsuf, dan sufi.
8. Umar
Khayyam (w. 1131) adalah matematikawan, astronom, dan sufi.
9. Ikhwan
Al-shafa (abad 10 masehi) menguasai filsafat, psikologi, biologi dan fisika.
10. Ibn
Al- Haitsam (w. 1039) tokohdalam bidang falak, matematika, geometri,
pengobatan, dan filsafat.
11. Al-Biruni
(w. 1048) merupakan matamatikawan, astronom, fisikawan, filsuf, sejarawan, ahl
farmasi, dan dokter.
12. Ibn
Rusyd (w. 1198) pakar kedokteran, hukum islam, matematika, dan filsafat.
13. Ibn
Sina (w. 1037) menguasai filsafat, kedokteran, astronomi, kimia, geografi,
geologi, psikologi, logika, matematika, fisika, dan puisi.
14. Fakhr
al-Din al-Razi (w. 1209) ahli filsafat, tasawuf, kedokteran, tafsir, dan fikih.
Diantara
prestasi mereka sebagai ilmuwan muslim adalah kemampuan mereka menguasai dan
mengintegrasikan ilmu – ilmu rasional, ilmu – ilmu empirik, dan ilmu – ilmu
kewahyuan. Dengan demikian integrasi islam bukan hal yang baru. Sebab para
ilmuwan muslim klasik telah mengerjakan proyek ilmuwan sepanjang masa keemasan
islam(DR.JA’FAR M.A., 104 / 2016)
B. Integrasi
dalam ranah ontologi
Ontologi
dapat dimaknai sebagai ilmu tentang esensi segala sesuatu, ontologi merupakan
bagian dari metafisika yang merupakan bagian dari filsafat, dan membahas teori
tentang keberadaan seperti makna keberadaan dan karakteristik esensial
keberadaan. Visi spiritual kaum sufi seperti Ibn ‘Arabi, Suhrawardi dan Mulla
Shadra, dan visi intelektual kaum filsuf rasional seperti al- Farabi, Ibn Sina
dan Ibn Rasyd mengenai dunia fisik kurang banyak mengilhami saintis muslim.
Muslim modern dalam pengembangan ilmu – ilmu kealaman. Sebab itulah karya-karya
monumental mereka perlu dikenalkan kepada para mahasisiwa muslim yang menekuni
bidang sains dan teknologi.
Dari
persfektif Ibn ‘Arabi, alam merupakan manifesti sifat-sifat Allah Swt., dan
cermin bagi-Nya. Saintis muslim sebagai peneliti alam empirik (terutama dunia
mineral, timbuhan, binatang dan manusia) harus menyadari bahwa alam merupakan
ciptaan dan manifesti Allah Swt., dan ajaran islam mengajarkan bahwa alam
merupakan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya. (DR.JA’FAR M.A., 106 /
2016)
C. Interaksi
dalam ranah epistemologi
Epistemologi
dimaknai sebagaicabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran, dan
kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih
pengetahuan, dan hal-hal yang dapat diketahhui. Dengan demikian epistemilogi
adalah ilmu tentang cara mendapatkan ilmu.
Kajian-kajian
ilmu –ilmu alam mengandalkan metode observasidan eksperimen yang disebut dalam
epistemologi islam sebagai metode tajribi,
sedangkan kajian tasawuf mengandalkan metode irfani, yang biasa disebut metode takziyah an-nafs.
Dari
aspek ini Saintis Muslim, meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi (observasi dan eksperimen) dalam
mengembangkan ilmu-ilmu alam, tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam
menemukan ilmu kebenaran, dimana kaum sufi mengedepankan metode takziyah an-nafs (penyucian jiwa) dengan
melaksanakan berbagai ritual ibadah. (DR.JA’FAR M.A., 108 / 2016)
D. Interaksi
dalam ranah aksiologi.
Aksilogi
bermakna teori nilai investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik
dari nilai tersebut. Aksiologi juga dimaknai sebagai studi tentang manfaat
akhir dari segala sesuatu. Dari aspek etika akademik, nilai – nilai lihur
tasawuf dapat menjadi landasan etis seorang ilmuwan dalam pengembangan Sains
dan Teknologi. Konsep al-maqamat dan al-ahwal dapat menjadi semacam etika
profesi seorang saintis sebagai ilmuwan muslim.
Serang
saintis muslim harus mempunyai sikap :
1. zuhud dan fakir, dalam arti ia menampilkan
hidup sederhana meskipun banyak harta, bersikap dermawan.
2. Sabar
dalam ibadah termasuk dalam riser yang didasari oleh etika religius.
3. Tawakkal
artinya menyerahkan hasul kegiatan akademik dan sosialnya hanya kepada Allah
Swt.,
4. Cinta
ia hanya melakukan kegiatan akademik dan sosialnya atas dasar kecintaan kepada
Allah Swt.
5. Rida,
artinya menerima dengan tentram, tenang dan bahagia atas hasil kegiatan
akademik dan sosialnya. (DR.JA’FAR M.A., 110 / 2016)
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapt
saya ambil ialah bahawa banyaknya para banyaknya para pemikir atau filsuf
muslim yang merupakan ahli dalam banyak bidang tidak seperti saat sekarang ini
dan dalam proses mendapatkan ilmu seorang saintis muslim haruslah menampilkan
sikap sufistik dapat manfaat akhir dari segala sesuatunya sebabalam merupakan
manifesti sifat – sifat Allah Swt., dan cermin bagi-Nya.
RELEVASI
DALAM BIDANG
Dikarenakan karna kita berada dalam
bidang saintek mka dalam meraih iilmu atau pengetahuan dalam bidang tersebut
senantiasa kita harus beruasaha agar kita selalu bersifat sufistik agar hati
menjadi damai dan kita mendapatkan manfaat akhir dari suatu pengetahuan yang
kita dapatkan karena Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar